Try On

tw // kissing , mature content

Malam hari memang nampak menjadi waktu yang ditunggu-tunggu banyak orang. Waktu yang tepat untuk melepas penat dari segala pekerjaan dan aktivitas yang sedikit banyak telah menguras tenaga. Sebagian orang mungkin akan memilih untuk tidur, sebagian lainnya mungkin lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama orang terkasih, dan kini, Acel nampaknya masuk ke dalam golongan yang kedua. Lelaki dengan kaos putih polos dan celana pendek hitamnya itu hanya berbaring di ranjangnya seraya memandangi sang istri yang sedari tadi tengah berkutat di depan cermin.

“Itu kaca lama-lama pecah Yang kamu liatin mulu dari tadi.”

Tak menggubris celoteh sang suami, Oliv sibuk membalikkan badannya ke kanan, kiri, belakang, lalu berbalik kembali ke depan. Perempuan itu memang tengah sibuk mencoba hadiah baru dari sahabat lamanya, Gita.

“Lah dicuekin gue ....” gumam Acel.

“Bagusan yang mana sih, Yang? Aku cocoknya pake yang mana? Bingung.”

“Bagusan gak pake apa-apa sih.”

Oliv lantas meraih bantal yang terletak di ujung ranjang dan segera melemparnya pada Acel.

Buk!

Satu bantal pun berhasil mendarat di wajah Acel. “Duh! Pingsan deh aku,” ujar lelaki itu sedikit hiperbola.

“Ya udah pingsan aja sana. Ditanyain yang bener malah jawabnya nyeleneh.”

Acel yang semula berpura-pura pingsan pun lantas tersenyum dan kembali membuka matanya. Ia memilih untuk mendekat pada Oliv dan duduk di sisi ranjang yang berdekatan dengan cermin.

“Kamu pake yang mana aja tetep cantik kok.”

Oliv menghela napasnya sembari melirik jengah suaminya itu dari pantulan cermin. Bukannya tak senang dipuji, tetapi memang kata-kata itulah yang selalu didengar Oliv jika ia menanyakan pendapat Acel mengenai penampilannya. Jawaban lelaki itu justru membuatnya semakin bingung untuk menetapkan pilihannya.

Melihat istrinya yang masih terdiam, Acel lantas berdiri dan mendekatinya. Lelaki itu berdiri tepat di belakang Oliv, memandangi pantulan perempuan itu di cermin. Perlahan, senyum Acel pun mengembang.

“Ngapain deh senyum-senyum begitu?”

“Gapapa. Kamu keliatan seksi deh, Yang. Aku suka liatnya. Ini lingerie-nya baru tapi udah cocok di kamu.”

“Haha makasih, istrinya siapa dulu dong?”

“Istri aku.”

Tangan Acel meraih pinggang istrinya, lalu memeluk tubuh mungil itu dari belakang. Ia menyandarkan dagunya pada pundak Oliv. Hembusan napas Acel pun langsung menyapa leher dan pundak Oliv yang terbuka bebas. Mata Acel perlahan terpejam dan membuat Oliv mengernyit sembari tersenyum saat melihat tingkah suaminya dari pantulan cermin. “Kamu tuh kalo ngantuk, tidur aja, Sayang.”

Acel menggeleng-gelengkan kepalanya dan membuat Oliv sedikit merasa geli di bagian pundaknya. Dengan matanya yang masih terpejam, Acel mulai memberikan satu demi persatu kecupan di pundak Oliv, lalu beralih menyesap dalam-dalam kulit leher perempuannya itu, membuat Oliv juga ikut memejamkan matanya dan menikmati setiap sentuhan dari bibir Acel. Kian lama, kecupan yang awalnya lembut itu akhirnya kian memanas, bahkan berhasil meninggalkan satu dan dua tanda cinta berupa ruam merah di leher Oliv. Napas Oliv pun semakin tak karuan saat itu.

“Eumm Sayang ... pindah aja ya, jangan gini,” pinta Oliv yang tengah menahan desahannya.

Acel lantas menghentikan aktivitasnya. Ia pun segera membalikkan tubuh Oliv agar menghadapnya. Keduanya bertemu tatap dengan jarak yang begitu dekat. Acel mengamati setiap sisi wajah perempuan itu, lalu ia belai lembut wajah itu, wajah yang kini selalu menjadi pemandangan baginya di tiap ia membuka mata di pagi hari. Jari jemari lelaki itu juga bergerak menyisipkan anak rambut Oliv di belakang telinganya. Tatapan Acel kini beralih menuju bibir istrinya, seolah mengisyaratkan targetnya selanjutnya. Perlahan, ia mengikis jarak antara dirinya dengan Oliv hingga kedua bibir itu bertemu dan saling memagut satu sama lain. Dilumatnya bibir Oliv saat itu. Nafsu dan cinta pun seketika melebur menjadi satu. Ciuman lembut itu kian memanas dan penuh dengan gejolak nafsu. Hanya bunyi kecapan ciuman keduanya yang kini terdengar di segala sisi ruang kamar. Tangan Acel semakin menarik pinggang Oliv agar terus dekat dengannya, menolak adanya jarak di antara keduanya, sedangkan Oliv kini mengalungkan kedua tangannya di leher Acel sembari sesekali mengacak-acak rambut sang suami.

Satu tangan Acel sibuk menahan pinggang perempuannya itu. Tak ingin berlama-lama, jari jemari dari satu tangannya yang lain kini mulai meloloskan tali lingerie Oliv ke samping pundaknya, membuat leher jenjang perempuan itu terekspos sempurna. Saat keduanya melepas ciumannya, mereka pun kembali menatap satu sama lain. Tatapan keduanya mulai sayu selepas tenggelam dalam nafsu.

“Kita bikin lagi Acel dan Oliv mini-nya malem ini ya?”

Di tengah diri yang telah menahan libidonya yang sedang naik karena sentuhan Acel, Oliv pun masih sempat tertawa kecil mendengar pertanyaan sang suami. Perempuan itu mengangguk dan membuat Acel bergegas menggendongnya seperti koala ke ranjangnya. Nampaknya, akan ada malam 'lain' yang melelahkan sekaligus membahagiakan bagi kedua insan yang telah menghabiskan waktu bersama selama bertahun-tahun itu, hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama dan berhasil membawa cintanya yang kini telah terikat oleh janji suci pernikahan.