She Said Yes.

Sejak Arga telah benar-benar pergi, hari-hari Resha kini ditemani oleh sahabatnya, Mandala. Rutinitas antar jemput, bahkan mungkin hanya sekadar berkeliling di malam Minggu, segala perlakuan Mandala itu benar-benar membuat Resha nampaknya kembali nyaman dengannya.

Mandala dan Resha kini tengah berada di taman yang berada di sekitar kampus mereka. Dahulu, Mandala bertemu dengan Resha untuk pertama kalinya di taman ini. Pertemuan itu terjadi karena Resha yang melihat Mandala tengah terisak sendirian di tempat ini.

“Lucu gak sih dulu gue nangis di sini, Sha? Duh malu banget gue ngingetnya.”

“Hahaha ... inget banget mata lo sembab banget waktu itu. Tiba-tiba pamit ke anak-anak alesannya mau ke kamar mandi, lah ternyata nangis sesenggukan di sini.”

“Dah anjir diingetin mulu. Bodoh juga gue ngapain ya nangisin cewek yang kayak begitu.”

Mandala memang menangisi kekasihnya yang tiba-tiba memutuskan hubungannya kala itu. Lelaki itu bahkan tidak diberi kesempatan untuk menanyakan alasan mengapa kekasihnya itu memutuskan untuk meninggalkannya. Hari itu, ia menangis sejadi-jadinya di taman. Resha yang terheran melihat Mandala yang tiba-tiba izin ke kamar mandi dengan tergesa-gesa saat tengah menjaga stand untuk acara kampus kala itu pun akhirnya memutuskan untuk mengikutinya. Benar saja, lelaki itu langsung menangis saat tiba di sebuah taman yang sepi.

Resha sempat ragu untuk menghampiri Mandala yang pada saat itu merupakan teman satu kepanitiaannya, tetapi akhirnya Resha memberanikan diri untuk menghampiri dan menenangkan Mandala saat itu. Hal itulah yang memulai pertemanan Mandala dan Resha hingga saat ini, bahkan hingga keduanya saling memiliki rasa satu sama lain.

“Iya udah lupain aja dah cewek begitu mah. Tapi La, itu bikin lo agak trauma sama cewek, ya?”

“Bukan sama cewek sih, tapi lebih ke takut buat memulai hubungan baru lagi.”

Pernyataan Mandala itu hanya dibalas anggukan oleh Resha. Mandala memang takut untuk memulai hubungan baru dengan perempuan lain karena kejadian itu. Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa Mandala tak berani untuk mengungkapkan perasaannya pada Resha. Ia takut akan ditinggalkan lagi oleh perempuan yang ia cintai. Namun, untuk kali ini, Mandala yakin bahwa Resha bukan seperti mantan kekasihnya itu.

Mandala kini mengalihkan tatapannya pada Resha yang berada di sebelahnya. Lelaki itu tersenyum, kemudian mengatakan sesuatu yang berhasil membuat jantung Resha berdetak begitu kencang.

“Tapi, kalo sama lo, gue gak bakal takut lagi buat memulai hubungan baru itu.”

“Hah?”

Resha menatap Mandala yang kini sedang memejamkan matanya sembari menyandarkan kepalanya pada kursi.

“La, kok malah tidur sih anjir? Maksud lo apaan? Hubungan baru?”

“Gue suka sama lo, Resha.”

Jantung Resha semakin berdetak kencang. Perempuan itu berharap bahwa Mandala tak akan mendengar detak jantungnya itu.

“Kok diem aja? Salting ya lo?”

“A-apaan sih lo?! Bercanda lo ya?”

“Iya, tadi gue ngigau itu.”

Resha sontak memukul lengan Mandala saat itu juga. Mandala tertawa sembari membuka matanya dan menegakkan badannya kembali.

“Gak lah! Gue serius anjir. Lo aja emang yang nganggep gue bercanda mulu.”

“Sejak kapan?”

“Hmm ... sejak hari itu lo nyamperin gue di sini mungkin? Sejak itu gue ngerasa nyaman sama lo, meski sebenernya gue masih takut pas itu. Tapi, makin lama, gue makin yakin kalo lo itu beda, Sha.”

Perempuan itu terdiam mendengar penuturan Mandala. Ia benar-benar tak menyangka bahwa ternyata Mandala menyimpan perasaan padanya sejak lama.

“Gue gapapa sih kalo lo emang masih belum bisa nerima gue karena Arga. Yang penting hari ini gue lega udah ngungkapin semuanya sama lo.”

“Ini lo ceritanya confess ke gue?”

“Ya menurut lo? Jadi gimana nih?”

Resha berpikir sejenak. Ia nampaknya masih menimang-nimang sebuah keputusan di benaknya. Mandala, lelaki yang juga telah ia sukai sejak lama, kini telah mengungkapkan perasaannya.

Beberapa menit selanjutnya, mereka hanya terdiam sembari mendengarkan suara percikan air dari pancuran kolam yang berada di tengah taman. Resha akhirnya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas ungkapan perasaan Mandala padanya itu.

“HAH? LO NERIMA GUE?”

“Iya anjir gak peka lo ya.”

Mandala pun segera memeluk Resha. Perempuan itu tertawa sembari membalas pelukan lelaki yang kini telah resmi menjadi kekasihnya itu. Sepasang sahabat yang saling memendam rasanya setelah sekian lama itu pun kini akhirnya telah saling mengungkap rasa, tepat di tempat di mana mereka dipertemukan untuk pertama kalinya.

Selamat ya untuk Mandala dan Resha.